Senin, 15 Maret 2010

SURAT DARIKU UNTUKMU

. Senin, 15 Maret 2010

Hai, Indonesia. Aku putramu dari berjuta-juta putra-putrimu di bumimu yang subur ini. Aku bangga bisa menjadi bagian darimu. Akan tetapi, bagaimana dengan putramu yang lain.Aku menulis surat ini untukmu agar engkau tetap dicintai seluruh putra-putrimu dari sabang sampai merauke.Tak sedikit putramu sendiri yang menghina dirimu, itu sama saja mejilat ludahnya sendiri. Aku tak tega melihatmu seperti ini, kata dunia engkau bangsa yang besar.Tetapi, menurutku engkau belum pantas disebut bangsa yang besar karena bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai bangsanya sendiri.
Bangsa ini seperti jiwa yang kosong, rasa kecintaan terhadapmu tererosi sudah, mengikis perlahan-lahan di setiap pribadi-pribadi putramu.Banyak contoh konkret dari hal tersebut, nasionalisme putramu hanya terlihat secara badaniyah saja.Wahai Ibu Pertiwi, aku tak sanggup melihatmu meninggalkan dunia ini, jikalau putramu yang seharusnya membelamu tak ada lagi di sampingmu untuk melindungimu.
Ibu Pertiwi, lihatlah RMS, OPM, GAM itu salah satu bukti konkret putramu yang mulai membangkang, durhaka dan berkeinginan tak mau mengakui engkau lagi sebagai ibunya, mereka tak mau lagi menjunjung konsep NKRI sebagai suatu “kebenaran” sejarah social politik yang tak terbantahkan.Layaknya suatu “scientifict fact” dalam paradigma sains, NKRI adalah suatu kebenaan ilmiah yang harus dijunjung oleh siapapun yang berada dalam wilayah ilmiah tersebut.Pada mereka, nasionalisme bak cairan injeksi yang harus direproduksi segera untuk diinjeksikan ke otak mereka yang sudah rusak, merefreskan kembali segala pikiran-pikiran sesat mereka dan menjadikannya manusia”waras”.Ini harus segera direalisasikan.Bukan tak mungkin, putramu yang lain pun akan mengikuti saudara-saudaranya bila keadaan engkau terus seperti ini tanpa adanya semangat perubahan, krisis nasionalisme dan kredibiltas yang sangat tinggi akan membuatmu bersusah hati lalu sakit dan akhirnya meninggalkan dunia ini.
Ibu kau sangat kaya, hartamu malimpah.Tahukah engkau, jika itu semua di ekploitasi, kekayaanmu akan melebihi negara maju sekalipun.Seperti A.S, Jepang, dan negara-negara Eropa.Ibu, sadarilah banyak yang menginginkan engkau, semuanya sudah terbaca di berbagai kejadian yang engkau alami.Sebut saja, pemberian suaka terhadap pelarian OPM dan pelaku moneyloundry.Mereka ingin kau terpecah-belah dan tidak berkembang sebab jika engkau maju akan menjadi suatu kekuatan dunia yang baru.Hemat anakmu, mereka tersaingi jika engkau maju maka dengan alasan globalisasi, putra-putrimu (generasi mudamu) disuntik mati secara perlahan-lahan dengan berbagai aneka ramuan yang mematikan sehingga sulit berkembang.
Ibu, jangan biarkan mereka menghalangi kita untuk maju, sudah saatnya kita bicara tunjukan pada dunia bahwa cita- cita besarmu dapat terwujud dari sebuah karya-karya briliant anak bangsa, bangsa yang besar.Semangat yang kuat sebagai bangsa yang besar menimbulkan efek psikopolitik untuk membangun kembali citra kita, ini konsekuensimu sebagai bangsa yang besar.Alasan globalisme telah membuatmu terperosok.Globalisme telah membuat dinamika-dinamika yang mencakup dalam berbagai aspek kehidupan yang mobilitasnya sunguh ekstracepat, sehingga untuk menjamin integritas masyarakatmu yang pluralistic diperlukan tameng untuk menepis terjangan globalisasi ini, tahukah engkau apa tameng itu,ibu? Tameng itu yang tak lain adalah spirit nasionalisme yang harus tertanam di setiap pribadi-pribadi putra-putrimu agar dapat bertahan dari deburan ganas ombak globalisasi ini.Nasionalisme tak hanya kesetiaan, komitmen, dan rasa memiliki Negara yang bersifat instrumental yakni keterikatan oleh prinsip politik melainkan juga bersifat sensorik yang berisikan emosi-emosi dan perasaan.Sebenarnya, jika diamati secara seksama.Pada hakikatnya secara rasional,diskursus globalisasi ini bukanlah indikator mengikisya ideology nasionalisme bahkan secara paradoks menunjukan gejala-gejala meningkatnya yang signifikan ketika negara-negara di dunia ini berkompetesi demi kepentingan ekonomi, social, budaya, IPTEK.Kemudian, sekarang bagaimana memahami spirit nasionalisme di negerimu dalam kondisi social-politik yang sedang goyah ini, ibu?
Menurut Anthony smith (1986), paham nasionalisme telah eksis semenjak manusia memahami konsep kekerabatan biologis. Perspektif ini, mendudukan bahwa nasionalisme sebagai konsep alamiah yang secara rasional sifatnya fleksibel, fluktuatif (dinamis).Apa sebenarnya makna nasionalisme ?
Begitu banyak perspektif dan interpretasi tentang makna nasionalisme dalam dimensi ideologi.Salah satunya dari Ernest Renan yang dijuluki sebagai bapak nasionalisme berpendapat bahwa nasionalisme adalah kehendak untuk bersatu (le desir d’etreensemble) sebagai bangsa.Ibu, apakah masih ada nasionalisme di bumimu nan indah ini?
Kesadaran sebagai suatu bangsa yang besar harus ada di pribadi putra-putrimu agar bersatu-padu. Nasionalisme secara fundamental timbul karena adanya persatuan karakter dari perasaan senasib dan formalisasi serta rasionalisasi kesadaran nasional dalam berbangsa dan bernegara.Seharusnya, engkau bisa lebih bersatu dari sekarang yang timbul banyak separatisme karena engkau memiliki nasionalisme yang lain dari Negara lain yakni nasionlisme yang berladaskan ideology bangsa ini sebagai jati diri bangsa yang di mana mengharuskan kehidupan yang tolerir, penuh musyawarah dalam mengambil keputusan.Jika semua itu diimplementasikan dalam kehidupan bukan hal tak mungkin bangsa ini menjadi bangsa yang besar.
Ibu, kita tilik sekarang spirit nasionalisme yang menjadi senjata dalam perang globalisasi malah sepertinya kurang di aktualisasikan. Sehingga engkau, zamrud di khatulistiwa ini terpaksa harus menelan krisis reputasi yang berkelanjutan yang berujung pada menurunnya respektifitas putra-putrimu sendiri dan selanjutnya menciptakan erositas loyalitas, nasionalisme, patriotime terhadapmu, ibu pertiwi.Pantas benar, sebuah lagu wajib “Ibu Pertiwi” di ciptakan di era perjuangan yang sepenggal berbunyi: Kulihat ibu pertiwi sedang bersusah hati.Air matanya berlinang mas intanya terkenang…………Kini ibu sedang lara,Merintih dan berdo’a .Mungkin, para founding father sudah meramalkan nasibmu sekarang, ibu!
Begitu banyak problem solving mu.Akan tetapi, banyak putramu tak mau mendampingimu.Hal ini, sungguh bertolak belakang dengan putramu di era pra-merdeka yang memiliki perspektif histories yang begitu kental akan nuansa loyalitas, nasionalisme, patriotisme dan penuh heroik untuk memperjuangkan kemerdekan karena pada saat itu putra-putrimu masih bersifat egoisme, sukuisme, primordialisme, kolektivisme, propinsialisme dan ethnocentrisme sampai akhrinya dalam wadah “Sumpah Pemuda“ 28 oktober dengan triloginya yang familiar yakni berbangsa, bertanah air, dan berbahasa satu,Indonesia.Yang melahirkan reaksifitas yang responsive dari putra-putrimu sehigga berhasil mengikis jangkar-jangkar kotor kolonialisme yang menancap kuat di bumimu ini selama tiga abad tiga tahun yang berangkat dari spirit nasionalisme kaum-kaum “pribumi” yang berintelektual yang bangkit karena perasaan tertindas pada saat itu.
Sudah di buktikan betapa kuatnya performa nasionalisme dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, nasionalisme kita bak konstruksi kokoh yang di bangun para fonding father dengan perjuangan penuh heroik dalam menggapai 17 Agustus 1945, sebagai suatu konstruksi maka harus di proteksi dipelihara, dan di jamin mampu menghadapi dinamika-dinamika global agar tetap eksis.
Sebagai generasi yang siap untuk regenerasi yang lebih baik demi tercapainya retorasi bangsa yang jauh lebih baik, kita harus protective untuk memelihara dan menjaga konstruksi tersebut agar tetap berdiri kokoh dari terjangan intervensi-intervensi radikal bangsa lain, yang tak lain karena desakan-desakan globalisasi yang semakin menunutut, sebagai bangsa yang multicultural (heterogen) diperlukan komposisi proporsional akan nasionalisme kita, belum lagi fakta menyebutkan engkau terdiri dari berbagai ras, suku, agama, dan golongan social-ekonomi yang berbeda da berada di lebih dari 17.500 pulau yang terpisah oleh lautan yang di klaim sebagai paling luas di dunia.Oleh karena itu, kita harus konsekuen dalam berpartisipasi menjunjung tinggi loyalitas dan respeksifitas terhadap bangsa ini, bangsamu ibu! dengan sprit nasionalisme yang diaktualisasikan dalam wujud konkret untuk mengklarifikasikan problem solving (permasalahan) bangsa ini yang semakin kompleks, yang mungkin dikarenakan erositas nasionalisme putra-putrimu.
Dalam kontek pemuda, nuansa manis spirit nasionalisme seperti sedang mengalami erositas yang berkelanjutan, jika ini dibiarkan dan secara perlahan tapi pasti akan menjadi boomerang untukmu, ibu! Bagaimana tidak, kaum muda adalah asset masa depan bangsa, ini tidak boleh diremehkan dan akan menjadi tugas besar para penggerakmu (pemerintah).Ada dua pilihan, mau mamikirkannya atau membiarkan engkau tinggal dalam kenangan historis dunia karena generasi mudamu yang akan meneruskan langkah pendahulunya untuk melaksanakan roda pemerintahan akan habis karena sudah tidak adanya lagi rasa memiliki dirimu, Ibu Pertiwi!
Mungkin mengikisnya sense of nasionalism di karenakan factor ketidakpahaman apa yang menjadi hakikat nasionalisme sebenarya sehingga kurang di realisasikan apa yang menjadi seharusnya.KSAD Jendral TNI Djoko Santoso dalam seminar HKSN 2006 mengatakan, untuk melakukan konsolidasi nasionalisme diperlukan revitalisasi nasionalisme dengan cara memberikan pemahaman yang dalam terhadap rasa, paham, dan semangat kebangsaan antara lain melalui kepemimpinan dan keteladanan, moral dan etika, pendidikan serta penegakan hukum yang konsisten. Inilah yang menjadi tugas elemen-elemen bangsa ini termasuk pemerintah sebagai fasilitator untuk mewujudkan kaum muda yang bernasionalisme tinggi.Faktor lain adalah erositas nasionalisme yang mungkin karena westernisasi (pengaruh budaya asing) yang semakin kuat mengoyak jiwa dan mental kaum muda engkau Ibu Pertiwi yang kami cintai, sehingga secara perlahan dan tak sadar dapat mempengaruhi originalitas etos culture budayanya sendiri bahkan mungkin dapat meniggalkannya.Dipungkiri atau tidak, revitalisasi ini sangat penting untuk kembali mengimplementasikan nasionalism value dan peran active kaum muda sangat diperlukan dalam revitalisasi nasionalisme untuk menuju kebangkitan masa depan bangsa ini. Bedanya kebangkitan era ini dan era pra-merdeka adalah pada era pra-merdeka bangkit untuk freedom sedangkan era ini bangkit dari keterpurukan.Disadari atau tidak, keterpurukan ini ada kaitannya dengan redupnya sense of nasionalism anak bangsamu ini khususnya kaum muda. Sebagaimana kita ketahui bahwa nasionalisme dapat membangkitkan patriotisme seperti halnya dalam pasal 30 UUD 1945 yang berbunyi, “Setiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam pembelaan negara .” Jika semua itu sudah bersemayam di sanubari kaum muda, maka akan membangkikan spirit membela, mempertahankan, serta berbuat sesuatu untuk kepentingan bangsa dengan segenap jiwa raga dan pada giliranya masa depan bangsa akan mempunyai prospek yang lebih cerah.Akan tetapi, sayangnya persepsi tersebut kurang direalisasikan oleh kaum muda dan ternyata setelah diamati secara seksama. Kaum muda secara universal belum mampu megelola dan menumbuhkembangkan nikmat kemerdekaan yang diberikan oleh Allah SWT bagi bangsa ini yang sudah dipersembahkan oleh para founding father atau manusia atau kaum muda yang hebat dan berjiwa nasionalisme tinggi yang merebut dari tangan-tangan kotor imperalisme, apakah kita mau di jajah secara fisik lagi untuk dapat membangkitkan nasionalisme kita? Sepertinya pemuda era ini sedang terjangkit virus-virus kemanjaan luar biasa yang menjadikan mentalitas kaum muda kurang fight dalam menghadapi kenyataan hidup yang penuh dinamika ini dan cenderung menyerah sebelum berperang sehingga bangsa ini harus menelan krisis multidimensi yang tak berujung.Secara rasional, harusnya kaum muda era ini lebih berprospek tinggi untuk menjadi manusia hebat dalam pemikiran, skill, seiring berkembangnya sains dan tekhnologi, dibandingkan pemuda era dulu yang penuh tekanan, penderitaan, kemiskinan,dan hannya bermodal semangat mereka sudah mampu menghasilkan manusia-manusia hebat pada zamannya.Sebut saja, Ir.sukarno, Moh. Hatta, Wahidin Sudirohusodo, Jendral Sudirman dan masih banyak lagi.Menilik problematika tersebut betapa perlunya peran aktif kaum muda antara lain dengan menjaga semangat kepedulian akan nasib bangsa, mengutamakan kepentingan bangsa daripada kepentingan pribadi atau golongan, melakukan gerakan revitalisasi moral untuk menuju masa depan bangsa yang lebih baik dari segala sector.
Dalam kontek politik, perubahan politik yang secara dramatis di Indonesia telah mendudukan bangsa ini dalam posisi yang dilematis dan kompleks.Dalam hal ini, nasionalisme lebih difungsikan untuk sepenuhnya kemakmuran bangsa.Pernah presiden SBY mengatakan, KKN dapat diatasi secara signifikan pada 15 tahun mendatang.Pernyataan beliau kita interpretasikan saja sebagai harapan masih adanya harapan bangsa untuk menjadi lebih baik, tetapi bagaimanapun juga secara naluriah ingin kita saksikan secara konkrit, kita tidak mau terus-menerus dalam imajinasi bahwa suatu waktu kita akan makmur dan nasionalisme adalah selimut ideolginya dalam menggapai mimpi itu.Nasionalisme akan menyusut apabila distorsi-distorsi dalam Negara meningkat, kita hanya bisa memproteksinya apabila kita secara prioratif dan konsisten berupaya keras untuk meminimalisasi factor-faktor distorsi tersebut seperti liberalisasi dalam berbagai aspek kehidupan, lunturnya ideology sebagai basis pembangunan, meningkatnya komunikasi lintas batas Negara, yang memicu timbulnya fenomena-fenomena kehidupan seperti kemiskinan, kebodohan, kesenjangan social-ekonomi, ketidakpastian supremasi hukum tetapi semua itu kembali pada diri kita masing-masing mau mengadakan mobilitas atau tidak demi nasib bangsa yang jauh lebih baik?


Dalam kontek social, kristalisasi nasionalisme di sanubari kita semua itu sangat perlu untuk revitalisasi nasionalisme kita, bukan sekedar simbolik saja seperti barpartisipasi dalam 17 agustus-an yang hanya budaya ritualisasi perayaan anniversary RI atau hanya hormat sekejap pada sang merah-putih sebagai procedural seremonial sekolah yang sacral demi menunjukan komitmen kita pada sekolah, itu semua hanya rutinitas belaka atau juga para supporter sepak bola yang berbuat anarkis dan arogansi yang hanya menimbulkan deviansi-deviansi anyar lagi.Bukan nasionalisme seperti itu yan diharapkan bangsa ini.
Nasionalisme bukan sekedar badaniyah saja tetapi harus menancap di qalbu kita yang terdalam untuk fight melawan musuh utama kita, yang bukan lagi kolonialis yang kejam dan radikal melainkan kemiskinan dan kebodohan. Kita miskin sehingga ita bodoh, bangsa ini bodoh menyebabkan kemiskinan yang permanent, ini bagian dari dari krisis multidimensi yang complicated yang sadang dihadapi engkau, ibu! yang sedang menangisi keterpurukanya.Sementara elit bangsa ini dengan transparan menghianati rakyat dan mengenyam berbagai kemewahan, jika ini dibiarkan akan menciptakan krisis kredibilitas yang akan menimbulkan dilema anyar yang lebih kompleks lagi.
Dala konteks ekonomi, pernah surat kabar memberitakan bahwa ada kurang lebih 180.000 pelajar yang sedang menuntut ilmu di Australia, jika dikalkulasikan berapa rupiah yang dialokasikan untuk devisa negeri orang, sementara kita selalu menyatakan fasilitas pendidikan di negeri kita kurang dan tidak kompetitif tetapi kenapa negeri orang yang justru kita sumbang ? ini baru di Australia, bagaimana yang ada di belahan bumi lainnya. Penulis mendiagnosa memang bangsa ini terindikasi jauh dari orientasi-oerientasi nasionalisme. Kita caba kalkulasikan, mungkin budgetnya lebih dari cukup untuk kepentingan edukasi negerimu ini, ibu! yang masih mempunyai sekolah reot, bangku rusak, dan atap bocor termasuk juga kualitas pendidik yang handal karena kesejahteraanya terpenuhi, jika mereka melanjutkan untuk S2, it’s o.k tetapi yang disayangkan hanya untuk SMU atau S1 itu sama saja melecehkan bangsanya sendiri dengan dalih knowledge know no frontiers ( pengetahuan itu tidak kenal batas ), dimana rasa cinta anak-anakmu, ibu ????? Penulis menyinggung sedikit tentang pendidikan, pendidikan yang sebagai instrument pembangunan sekarang ini seperti jiwa hampa yang menghasilkan generasi yang selalu gamang, tidak siap menyongsong masa depan di era yang sangat kompetitif ini, mandul dalam berkarya.Sungguh sebuah kenaifan bila semua itu terus terjadi dan tidak berupaya mengevaluasi system pendidikan ini? Perlu diingat generasi sekarang adalah tombak keberlangsungan hidup bangsa ini yang kini belum dapat dinikmati dengan layak, banyak pula generasi-generasi penerusmu ini yang sudah gerah dengan system ini, sehingga lebih percaya dengan institusi lain yang kiranya sanggup memenuhi kebutuhan mereka.Hal ini, menunjukan telah terjadinya krisis kredibilitas terhadap institusi pendidikan formal.Sekolah yang seharusnya melahirkan manusia yang mampu memerankan dirinya sebagai anak bangsa dalam kehidupan bermasyarakat dan sebagai obat penyembuh penyakit masyarakat tetapi tidak berkutik, ini perlu perhatian dari pemerintah.Salah satu implikasi dari frustasinya pendidikan adalah siswa diharuskan menguasai bab kemudian mengikuti tes lalu mendapat nilai. Orientasi terhadap nilai kognitif inilah yang akan merusak mental siswa yang kelak akan terjun ke masyarakat menjadi manusia individulistik dan matrenialistik, dua mental tesebutlah yang akan menjadi factor perusak kehidupan masyarakat bahkan bangsa, dan factor inilah pula yang menjadi embrio korupsi.Sekolah dijalani agar mendapat ijazah untuk bekerja, prosesnya sendiri tidak pernah dinikmati, hal ini disebabkan obsesi di kalangan masyarakat bahwa kekayaan adalah obat yang harus di peroleh dengan segala cara dan biaya apapun.Oleh karena itu, tujuan pendidkan jika dilihat dari realitas telah menyimpang dari tujuan utama yakni mencerdaskan kehidupan bangsa tetapi mengkayakan materi individu bangsa. Dengan demikian, semua cara dapat dihalalkan dan pendidikan bahkan agama bisa diperlakukan sebagai sarana dan alat mengkayakan diri dan pada giliranya Negara ini akan carut marut.Sungguh, pendidikan ini hanya mnelurkan “tenaga kerja” bukan lagi lembaga yang menghasilkan manusia seutuhnya (the whole person).Kalau tidak segera di reformasi kelak akan mengganggu stabilitas nasional.Dalam hal ini, guru memilki peranan sentral untuk menciptakan learning performance mengingat guru adalah fasilitator dan dinamisator pendidikan.Untuk itu, guru harus memahami apa yang dipikirkan siswa, mengakrabkan diri, memperhatikan perkembangan siswa, menghormati perbedaan di kalangan siswa.Pengaruh guru sangat ditentukan oleh kredibilitas guru itu sendiri.Kalau di mata murid merupakan sosok yang krdibel, mampu dijadikan model bagi para siswa maka pengaruh guru cukup besar untuk menggiring anak didik menjadi anak didik pembaharuan.Sebaliknya, kalau guru tidak dipecaya, tidak mampu dijadikan model, pengaruh guru dalam sosialisasi pembaharuan ini akan kecil.Guru perlu mengembangkan aktivitas cultural untuk mewariskan nilai-nilai pendidikan dan nasionalisme dan menginterpretasikannya dengan wawasan baru.Dalam hal ini, diperlukan guru yang berani dalam dedikasi mengembangkan potensi anak didiknya.Pada diri peserta didik perlu dikembangkan kreativitas untuk mengembngkan nilai-nilai yang diterima guna menghadapi tantangan baru di zamannya.Untuk itu, guru diharapkan memanfaatkan kurikulum seefektive mungkin, berani mengangkat isu masyarakat yang controversial untuk memancing kreatifitas siswa di kelas dalam diskusi, mampu berperan sebagai model bagi siswa, menekankan pada anak didik berpikir secara “global”, mengembangkan materi dari realitas sekitar tidak hanya dari apa yang ada di buku, menerapkan sikap disiplin, demokrasi, daya kritis, mendorong semangat untuk mengejar pengetahuan, meninggalkan etos kerja guru yang semula mendasar pada responsibility menjadi accountability yakni sejauh mana anak didik sedah mencapai basic competencies dan senantiasa menjunjung harkat dan martabat manusia.Tetapi semua itu, kembali kepada pemerintah sebagai pilar utama yang menentukan arah dan kebijakan pendidikan, semoga dunia pendidikan Indonesia dapat maju demi tercapainya cita-cita bangsa ini.
Itu baru di koridor edukasi, di koridor industrialisasipun tak jauh beda. Kita selalu bangga dengan produk import yang mejadi brand image dan merupakan lifestyle anak-anakmu saat ini yang telah terwarisi mental penikmat bukan pembuat. Kemanjaan dan kebodohan sudah terlalu lama menjadi benalu anak-anakmu yang membuatnya berevolusi seperti kaum hedonis yang penuh konsumerisme.Selama ini, kita hanya membeli brand bukan fungsinya demi gengsi kita semata, sebenarnya produk dalam negeripun tak terlalu buruk untuk dikonsumsi oleh kita semua, hanya saja asumsi masyarakat kurang welcome.Sama halnya dengan sektor produksi sector industri otomotifpun setali dua uang. Masyarakat sangat antusias dengan otomotif Jepang, Jerman, Amerika daripada mobil Timor atau motor Kanzen sebagai produk dalam negeri, memang tak munafik produk luar negeri lebih unggul tetapi apa salahnya kita mencoba, dengan semakin banyaknya pendapatan maka seiring dengan itu kita dapat mengembangkannya layaknya Negara Cina, Malaysia, Korea. Mereka lebih memilih produknya sendiri sehingga produknya kompeten di pasaran. Jka itu disadari, hanya dengan spirit cinta produk dalam negeri maka indusri dalam negeri akan dirasakan kotribusinya demi kemakmuran kita semua menilik kita bangsa ke-4 terpadat penduduknya sebagai sebuah pangsa pasar yang besar.Seperti slogan Pertamina: “kita untung, bangsa untung” dan mengingat juga semakin meningkatnya angka pengangguran yang diprediksi akan mencapai angka 12,5 juta jiwa (2007) dan akan menambah tingkat kemiskinan menjadi 45,7 juta jiwa (2007), lesunya tingkat investasi karena rendahnya kredibilitas investor terhadap industri dalam negeri, meningkatnya angka kriminalitas yang tak lain di sebabkan factor pengangguran, utang luar negeri yang kini totalnya mencapai (per 31 desember 2006) Rp 1.318,2 triliun sedangkan assetnya Rp 1.253,7 triliun.Secara akuntansi bangsa ini bangkrut karena utangnya lebih besar 64,5 T dari assetnya.Sebenarnya pemerintah berniat menghentikan utang luar negri tersebut, tetapi hal itu tidak dilakukan.Yang terjadi, justru World Bank, ADB, IMF, USAID dan Negara donor bilateral lainnya giat menawarkan utangnya ke pemerintah agar tetap bisa mengintervensi berbagai policy dan kegiatan di Indonesia untuk mengontrol dan mempengaruhi kebijakan politis maupun ekonomi serta demi meraup profit financial, ini merupakan cengkraman konspirasi “global” yang harus diawasi dengan ketat.Hal ini, membuktikan masih kuatnya dominasi asing di bangsa ini yang tidak kita sadari sebagai sebuah praktek babak penjajahan baru dan menjauhkan bangsa ini dari kemandirian serta mengusik kedaulatan Negara seakan kita sebuah bangsa yang bodoh.Sungguh kita benar-benar mengalami kebangkrutan lahir batin, dan masih banyak lagi problem di berbagai aspek kehidupan bangsamu ini, ibu! Ingin sampai kapan kita terus seperti ini, ibu????
Kita tidak mau terus dalam utopia, bukan? Bahwa negri kita akan maju tetapi kita buktikan pada dunia secara konkrit.Memang dulu Indonesia adalah sebuah macan Asia, besar kekuatannya, besar ekonominya, pertahanannya, politiknya, bahkan kekuatan olahraganya.Tapi itu dulu, Indonesia kini memang Negara besar. Besar wilayahnya saja, bak rumah besar yang keropos tiang-tiangnya karena pemiliknya sudah tidak memperhatikan lagi betapa pentingnya arti sebuah rumah untuk kelangsungan hidup.Ibu, kenapa kita menjadi negera yang gampang dipermainkan. Dipermainkan poltiknya, ekonomi, pertahanan keamanannya bahkan olahraganya.Tetapi kita optimis kita bisa menjadikan kembali Indonesia menjadi sebuah bangsa yang besar.Akan tetapi, semua itu bukan perkara mudah tetapi butuh usaha yang ekstra keras, All wealth is the product of labour and laziness is the key to begarry, serta do’a yang tak kalah pentingnya dan tentunya juga dengan spirit nasionalisme sebagai pengawal usaha kita. Sudah saatya kita realisasikan spirit cinta bangsa ini dalam semua aspek kehidupan untuk melahirkan manusia-manusia Indonesia yang hebat demi terwujudnya cita-cita luhur bangsamu ini,ibu!
Nasionalisme sekarang ini bak sebuah faksin yang harus segera diijeksikan untuk mengusir virus-virus depresi krisis multidimensi bangsa ini untuk menciptakan iklim yang kondusif serta untuk membentengi jalannya reformasi menuju masyarakat demokrasi.Tidak perlu mengkontaminasi nasionalisme kita dengan intrik-intrik yang terjadi belakangan ini. Kita junjung semangat ke-bhinekatunggalika-an kita, segala problematika ini mengisyaratkan kita untuk bersatu bukan saling tonjok.Perbedaan adalah sebuah anugrah bukan konflik yang harus di besar-besarkan, ingatlah bangsa ini ada bukan karena jasa individual tetapi jasa persatuan untuk menjadi bangsa yang besar.We cann’t spread our country while we are dreaming but we must build it and where there’s a will, there’s a way but also we must remember man purpose, God disposes. Wallahua’lam bissowab.DIRGAHAYU REPUBLIK INDONESIA


0 komentar:

 
Powered By Blogger

downloadnya muslim

{nama-blog-anda} is proudly powered by Blogger.com | Template by Agus Ramadhani | o-om.com